SEJARAH MENGENAI NABI MUHAMMAD SAW
NABI
MUHAMMAD
Nabi
dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Swt. adalah Nabi Muhammad s.a.w.
(Q.33:40). Ia dipilih menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Ia
menyampaikan risalah kenabian kepada kaumnya selama 22 tahun 2 bulan dan 22
hari. Muhammad dilahirkan di Mekah. Kakeknya, Abdul Muttalib, menamainya
Muhammad (orang terpuji), sebuah nama yang belum pernah digunakan dan dikenal
sebelumnya. Ketika lahir, Muhammad telah menjadi anak yatim. Ayahnya, Abdullah,
wafat sebelum ia lahir. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad sudah menjadi yatim
piatu. Ibunya, Aminah binti Wahab, meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari
Yatsrib, setelah berziarah ke kuburan suaminya. Kemudian, Muhammad diasuh oleh
Abdul Muttalib. Sebelum Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya wafat. Pamannya, Abi
Talib, lalu mengambil alih tanggung jawab mengasuh Muhammad.
TANDA
KENABIAN
Sejak
bayi, tanda- tanda kenabian telah tampak pada diri Muhammad. Pada usia 5 bulan
ia sudah bisa berjalan, dan pada usia 9 bulan sudah pandai berbicara. Pada usia
2 tahun, ia sudah bisa dilepas bersama anak- anak Halimah binti Abi Dua'ib, ibu
susunya, untuk menggembala kambing. Pada usia inilah ia didatangi oleh dua
malaikat. Mereka membuka baju Muhammad, membelah dadanya dan menyiramkan air ke
dalamnya untuk mencuci hatinya agar senantiasa bersih. Kemudian mereka menutup
dada Muhammad kembali tanpa bekas ataupun luka.
TAHUN
GAJAH
Ada
suatu peristiwa yang mendahului kelahiran Muhammad. Peristiwa itu menjadi
pertanda bahwa Allah Swt. melindungi agama yang akan dibawa Muhammad. Tahun
terjadinya peristiwa itu disebut Tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan
gajah yang dipimpin Abrahah, penguasa Habasyah (kini Ethiopia), menyerbu kota
Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Abrahah ingin mengambil alih peranan kota
Mekah dengan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab.
Sebelumnya, Abrahah sudah membangun al- Qulles, sebuah rumah ibadah megah di
Yaman, sebagai pengganti Ka'bah.
BUHAIRAH
Pada
usia 12 tahun, Muhammad mengikuti kafilah pamannya ke Suriah. Sepanjang
perjalanan di gurun, mereka dinaungi awan sehingga tidak kepanasan. Di Busra,
kafilah ini bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang
meyakini bahwa Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk Allah Swt.
AL-AMIN
Muhammad tumbuh menjadi seorang pemuda yang
jujur dan berbudi pekerti luhur. Melalui Hilful-Fudul dan kegiatannya membantu
pamannya berdagang, nama Muhammad makin terkenal sebagai seorang yang
terpercaya. Karena kejujurannya, ia mendapat gelar al- Amin, yang berarti orang
yang terpercaya. Para pemimpin Mekah juga pernah mempercayai Muhammad untuk
menyelesaikan perselisihan mereka, dengan memimpin peletakan Hajar Aswad, saat
perbaikan Ka'bah yang rusak akibat banjir.
HILFUL-FUDUL
Pada usia 15 tahun, saat terjadi Perang Fijar
antara suku Kuraisy dan suku Hawazin, Muhammad membantu mempersiapkan anak
panah untuk paman- pamannya yang hendak berperang. Akibat perang ini, para
pemimpin beberapa suku Kuraisy mengadakan rapat untuk menetapkan aturan
perlindungan untuk mencegah kelaliman terhadap penduduk kota maupun pendatang
asing. Mereka sepakat membuat sebuah organisasi bernama Hilful-Fudul
(persekutuan kebajikan). Lembaga ini bertugas membantu orang miskin dan
teraniaya. Muhammad ikut dalam lembaga ini saat berusia 20 tahun. Di lembaga
ini, sifat kepemimpinannya mulai tampak.
KHADIJAH
Pada usia 25 tahun Muhammad menikah dengan
Khadijah binti Khuwailid yang berusia 40 tahun. Khadijah adalah seorang
pengusaha yang mempercayai Muhammad untuk menjajakan dagangannya ke Suriah.
Karena kejujuran Muhammad, Khadijah menaruh hati padanya dan menikahinya.
Pasangan Khadijah- Muhammad dikaruniai 2 putra (Qasim serta Abdullah) dan 4
putri (Zainab, Rukayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah). Khadijah adalah wanita
pertama yang masuk Islam. Ia meninggal pada usia 65 tahun, setelah 25 tahun
menikah dengan Muhammad.
UMMUL
MUKMININ
1. Khadijah binti Khuwailid
2. Saudah binti Zam'ah
3. Aisyah binti Abu Bakar as-Siddiq
4. Zainab binti Huzaimah
5. Juwairiyah binti Haris
6. Sofiyah binti Hay
7. Hindun binti Abi Umaiyah
8. Ramlah binti Abu Sufyan
9. Hafsah binti Umar bin Khattab
10. Zainab binti Jahsyi
11. Maimunah binti Haris
RIWAYAT
MUHAMMAD
Kisah Muhammad sangat banyak disebut dalam Al-
Qur'an. Nama Muhammad disebut 4 kali dan dijadikan salah satu nama surat ke-47,
yang diambil dari perkataan Muhammad pada ayat ke-2. Adapun nama Ahmad disebut
sekali. Riwayat Muhammad diketahui melalui penuturan para sahabat dan ditulis
oleh banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu. Oleh Michael H. Hart, penulis
buku Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, Muhammad ditempatkan
pada urutan pertama orang yang berpengaruh dalam sejarah manusia.
WAHYU
PERTAMA
Menjelang usia 40 tahun, Muhammad sering
menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Gua ini terletak di Bukit Hira, sekitar
6 km di sebelah timur laut kota Mekah. Tingginya 155 cm dan bisa memuat 4
orang. Di gua ini Muhammad beribadah sepanjang Ramadan. Di gua ini pula
Muhammad menerima wahyu pertamanya pada tanggal 17 Ramadan 12 SH/6 Agustus 610
M. Malaikat Jibril menemui dan menyuruhnya membaca wahyu Allah (Q.96:1-5).
DAKWAH
Ada dua tahap dakwah yang dilakukan Muhammad.
Pertama, dakwah secara diam-diam selama 3 tahun. Keluarga dan sahabat Nabi yang
masuk Islam pada tahap ini antara lain Khadijah, Abu Bakar as-Siddiq, dan Ali
bin Abi Talib. Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang dilakukan Nabi
setelah turun perintah Allah (Q.15:94). Dakwah ini berlangsung hingga Nabi
wafat. Banyak sahabat yang memeluk Islam pada masa ini, antara lain Umar bin
Khattab dan Usman bin Affan.
AKSI
MENENTANG DAKWAH
Kaum musyrik Kuraisy tak mampu menghentikan
dakwah Muhammad. Berbagai cara mereka lakukan, tapi hasilnya tetap nihil.
Mereka lalu mengutus 10 orang untuk menemui Abi Talib dan meminta agar ia mau
membujuk keponakannya berhenti berdakwah. Namun Muhammad menolak permintaan
tersebut. Melihat keteguhan hati Muhammad, Abi Talib akhirnya mendukung
keputusan keponakannya itu dan berjanji untuk selalu melindunginya dari ancaman
orang Kuraisy.
TAHUN
DUKA CITA
Muhammad benar-benar sedih ketika Abi Talib
yang menjadi pelindung utamanya wafat pada bulan Ramadan 2 SH, dalam usia 87
tahun. Belum hilang kesedihannya, Khadijah, istrinya yang ia cintai dan selalu
mendampinginya dalam perjuangan, juga meninggal dunia. Muhammad sangat sedih
dengan wafatnya kedua orang yang menjadi pembela risalahnya itu. Karena itu,
tahun ke- 10 kenabian ini disebut 'Am al-Huzn (tahun duka cita).
ISRA
MIKRAJ
Pada tahun ke-10 kenabian, terjadi peristiwa
Isra Mikraj. Allah Swt. memperjalankan Nabi Saw. pada malam hari (Isra) dari
Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem, kemudian membawanya naik
(mikraj) ke langit agar bisa menyaksikan kekuasaan Allah Swt. (Q.17:1). Dalam
kesempatan mi'raj itulah Nabi menerima perintah dari Allah Swt. berupa
kewajiban menjalankan salat lima waktu.
TA'IF
Gangguan kaum Kuraisy terhadap Muhammad
semakin menjadi-jadi setelah paman dan istrinya wafat. Pada bulan Syawal tahun
ke-10 kenabian, Muhammad pergi ke luar kota Mekah menuju Ta'if (65 km sebelah
tenggara Mekah) bersama anak angkatnya, Zaid bin Harisah, untuk menyebarkan
dakwah. Selama sepuluh hari, Nabi Saw. menemui para pemuka Bani Saqif. Namun
kehadiran Nabi di sana ditolak oleh mereka.
IKRAR
AQABAH
Suatu saat Nabi bertemu dengan enam orang suku
Aus dan Khazraj dari Yatsrib. Nabi menggunakan kesempatan ini untuk
memperkenalkan agama Islam. Mereka pun lalu menyatakan masuk Islam di hadapan
Nabi. Setelah pulang ke Yatsrib, mereka memberitahukan hal tersebut kepada
penduduk lainnya. Pada musim haji berikutnya, datanglah delegasi suku Aus dan
Khazraj menemui Nabi di Aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi,
yang kemudian dikenal dengan Ikrar Aqabah. Mereka juga meminta agar Nabi
bersedia pindah ke Yatsrib untuk menghindari gangguan orang Kuraisy. Mereka
berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman.
RENCANA
MEMBUNUH NABI
Sebelum hijrah ke Yatsrib, kaum Kuraisy
berencana membunuh Nabi. Tapi rencana jahat itu ketahuan sebelum terlaksana.
Ketika mereka mengepung rumah Nabi, mereka hanya menemukan Ali bin Abi Talib di
tempat tidur Nabi, sementara Nabi dan Abu Bakar sudah pergi. Ketika kaum
Kuraisy mengejar, Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Sur. Setelah aman
barulah mereka melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
HIJRAH
KE MADINAH
Dua
belas tahun sudah Nabi berdakwah, tapi kaum Kuraisy tetap belum mau menerima
risalah kenabiannya. Maka Nabi hijrah ke Yatsrib. Setelah Nabi hijrah, kota
Yatsrib kemudian dikenal dengan sebutan Madinah an-Nabi (kota Nabi) atau
Madinah al- Munawwarah (kota yang bercahaya).
MASJID
QUBA
Sebelum
sampai di Madinah, Nabi dan Abu Bakar singgah di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 10 km dari Madinah. Nabi tinggal di sana selama beberapa hari, sambil
menunggu kedatangan Ali bin Abi Talib dari Mekah. Di desa ini, Nabi membangun
Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Saw. sebagai pusat
peribadatan. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-12 kenabian Muhammad.
PIAGAM
MADINAH
Di Madinah, Nabi memimpin penataan dan
peletakan dasar- dasar kehidupan bagi kaum muslim dan penduduk Madinah dalam
beberapa langkah. Pertama, mempererat tali ukhuwah Islamiah (persaudaraan
Islam) antara kaum Muhajirin dan Ansar yang sudah masuk Islam. Kedua, membangun
Masjid Nabawi, sebagai tempat untuk mewujudkan rasa persaudaraan itu. Ketiga,
mengikat tali persaudaraan dengan komunitas lain yang tidak beragama Islam,
yaitu kaum Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Ikatan hubungan itu terwujud dalam
perjanjian yang disebut dengan Misaq Madinah (Piagam Madinah). Dengan dasar-dasar
itu, masyarakat Madinah bisa disebut sebagai sebuah negara, dengan Nabi
Muhammad sebagai kepala negara.
IZIN
PERANG
Kendati Nabi dan pengikutnya sudah hijrah ke
Madinah, orang Kuraisy terus mengganggu mereka. Sementara itu kaum Yahudi di
Madinah iri melihat kondisi militer, politik, dan ekonomi kaum muslim semakin
baik. Mereka lantas bersekongkol dengan kaum Kuraisy untuk melumpuhkan kaum
muslim. Karena kaum muslim semakin terancam, Allah mengizinkan mereka untuk
berperang (Q.22:39-41). Setelah mendapat izin Allah Swt., Nabi dan kaum muslim
lalu memerangi orang Kuraisy dan Yahudi. Ada beberapa peperangan yang dipimpin
Nabi, misalnya Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq (parit), dan Fath
Makkah.
PERJANJIAN
HUDAIBIYAH
Pada tahun ke-6 hijrah, Nabi bermimpi memasuki
kota Mekah dan bertawaf (mengelilingi Ka'bah). Mimpi itu disampaikan kepada
para sahabat. Saat itu pula, Nabi mengumumkan kepada kaum muslim untuk
menunaikan ibadah haji di Mekah. Namun kaum musyrik Kuraisy menghalang- halangi
mereka. Kaum Kuraisy kemudian mengutus Suhayl bin Amr untuk bertemu dengan Nabi
dan membuat perjanjian perdamaian. Nabi dan Suhayl menyepakati syarat- syarat
perdamaian itu. Kalimat perjanjian ditulis oleh Ali bin Abi Talib, atas
perintah Nabi. Perjanjian itu dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
ISI
PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Kaum muslim dan kaum Kuraisy mengadakan
gencatan senjata selama 10 tahun. Jika ada kaum Kuraisy yang menyeberang ke
pihak Nabi tanpa seizin walinya, ia harus dikembalikan kepada mereka, tapi jika
pengikut Muhammad menyeberang ke pihak musyrik Kuraisy, ia tidak akan
dikembalikan kepada Muhammad. Kabilah-kabilah Arab bebas bersekutu dengan
Muhammad ataupun dengan orang Kuraisy. Pada tahun tersebut (6H), Nabi dan
rombongan harus kembali ke Madinah dan tidak boleh masuk ke Mekah. Mereka juga
harus menunda ibadah haji hingga tahun berikutnya, dengan syarat tidak akan
tinggal di Mekah lebih dari tiga hari dan tidak membawa senjata selain pedang
di dalam sarungnya.
'UMRAH
AL-QADA'
Setahun setelah Perjanjian Hudaibiyah
ditandatangani, Nabi dan kaum muslim dapat memasuki kota Mekah untuk beribadah
haji di Ka'bah. Kaum musyrik Kuraisy membiarkan mereka tinggal di Mekah selama
tiga hari. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi dan kaum muslim untuk menunaikan
umrah, yang disebut 'Umrah al-Qada', pengganti umrah yang tidak terlaksana pada
tahun sebelumnya karena dilarang kaum musyrik Kuraisy.
PENYEBARAN
ISLAM
Perjanjian Hudaibiyah menciptakan suasana
tenang dan aman. Enam bulan setelah perjanjian itu Nabi berdakwah kepada para
penguasa di sekitar Arab, dengan cara mengirimkan surat, antara lain kepada
penguasa Iran, Mesir, Abessinia, Persia dan Romawi (Bizantium). Surat Nabi
seluruhnya berjumlah sekitar 105 buah. Namun, tidak semua teks surat itu
disalin lengkap. Surat itu berisi seruan untuk masuk Islam. Setiap surat dicap
dengan stempel dari perak yang diukir dengan tiga baris kata: Muhammad, Rasul,
Allah.
FATH
MAKKAH
Suatu saat kaum Kuraisy melanggar Perjanjian
Hudaibiyah dengan membantu sekutu mereka menyerang sekutu kaum muslim.
Mengetahui hal itu, Nabi segera menyiapkan sepuluh ribu pasukan muslim untuk
berangkat ke Mekah. Pasukan muslim memasuki kota Mekah tanpa perlawanan dari
kaum Kuraisy. Peristiwa itu disebut Fath Makkah (pembebasan Mekah). Di Mekah,
Nabi menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Setelah itu Nabi
menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Kemudian mereka mendirikan
salat berjemaah dengan dipimpin oleh Rasulullah Saw.
HAJI
WADA'
Pada tahun ke-10 Hijrah, Nabi menunaikan
ibadah haji. Beliau berangkat ke Mekah pada 28 Zulkaidah, setelah menunjuk Abu
Dujanah sebagai wakilnya di Madinah. Pada 4 Zulhijah, Nabi tiba di Mekah, dan
langsung masuk ke Masjidilharam melalui pintu Bani Syaibah, serta melakukan
tawaf dan sai. Pada 8 Zulhijah, Nabi berangkat ke Mina dan tinggal di sana
hingga terbit fajar. Pada pagi hari 9 Zulhijah, Nabi berangkat ke Arafah dengan
diikuti oleh sekitar 100.000 jemaah. Pada ibadah haji wada' (wadak) ini turun
firman Allah Swt. (Q.5:3) yang menandakan bahwa Allah Swt. telah menyempurnakan
agama Islam kepada umat-Nya dan telah mencukupkan nikmat- Nya. Perjalanan haji
ini kemudian disebut Haji wadak (haji perpisahan), karena beberapa bulan
setelah ibadah haji itu Nabi wafat.
WAFAT
Dua bulan setelah menunaikan ibadah Haji
Wadak, Nabi menderita demam. Badannya mulai lemah. Meskipun demikian ia tetap
memimpin salat berjemaah. Namun setelah merasa sangat lemah, ia menunjuk Abu
Bakar menjadi penggantinya sebagai imam salat. Setelah beberapa hari sakit, Nabi
dipanggil ke haribaan Allah Swt. pada tanggal 12 Rabiulawal 11 H atau 8 Juni
632 M. Nabi wafat dalam usia 63 tahun. Abu Bakar as-Siddiq kemudian ditunjuk
oleh kaum Muhajirin dan Ansar sebagai Khalifah ar-Rasul (pengganti Rasul).
UMMUL
MUKMININ
Setelah Khadijah wafat, Muhammad menikah lagi
sepuluh kali. Kesebelas istri Nabi disebut Ummul Mukminin (ibu orang- orang
beriman). Nabi menikahi para wanita tersebut karena beberapa alasan, antara
lain untuk melindunginya dari tekanan kaum musyrik, membebaskannya dari status
tawanan perang, mengangkat derajatnya, dan menciptakan perdamaian dengan suku
dari wanita yang dinikahi oleh Nabi.
NABI
MUHAMMAD SAW.
570 Lahir di Mekah pada tanggal 12 Rabiulawal
Tahun Gajah atau tanggal 20 April
595 Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid
610 Menerima wahyu pertama
617 Tahun Duka Cita ('Am al-Huzn). Abi Talib
dan Khadijah wafat
619 Berdakwah ke Ta'if
621 Isra Mikraj
622 Hijrah ke Madinah
624 Perang Badr
625 Perang Uhud
626 Perang Khandaq
628 Perjanjian Hudaibiyah
629 Menunaikan 'Umrah al-Qada'
630 Pembebasan kota Mekah oleh kaum muslim
631 Tahun Perutusan ('Am al-Bi'sah). Beberapa
tokoh dan delegasi dari berbagai penjuru datang untuk menyatakan keislaman
mereka
632 Haji Wada'. Nabi Muhammad wafat pada
tanggal 12 Rabiulawal 11 H atau tanggal 8 Juni.
MUKJIZAT
Nabi Muhammad dikaruniai sekitar 50 mukjizat.
Dari sekian banyak mukjizat itu, Al- Qur'an merupakan mukjizat Nabi yang paling
besar pengaruhnya bagi Islam dan dijadikan pegangan hidup bagi setiap muslim.
Tidak ada yang dapat menyamai isi Al- Qur'an hingga kini (Q.11:13).
Mu'jizat-mu'jizat Nabi yang lain, misalnya: Nabi dapat mengetahui isi hati
lawan, tubuhnya menebarkan bau harum, bumi patuh atas perintahnya, dan Nabi
bisa mengeluarkan susu dari seekor kambing kurus.
As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِقُونَ
الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali
masuk/memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan
Anshar,[1] mereka semua sewaktu masuk Islamberada di kota Mekkah, sekitar
tahun 610 Masehi pada abad ke-7.[2] Pada masa penyebaranIslam awal, para
sahabat nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan As-Sabiqun
Al-Awwalun yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah.
I. ETIMOLOGI
Akar kalimat as-Sabiqun dalam
bahasa Arab berakar dari huruf S-B-Q (س-ب-ق Sin-Ba-Qaf), Sabaqa
(سبقا) sebuah kata kerja yang artinya mendahulukan, pergi sebelum, lebih
dahulu, melampaui, juga berarti “sudah” atau sebelum; aksi pendahulu, bergerak
sebelumnya dan sebagainya, contoh:
“ Dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan
kencang…(An-Nazi’at, 79:4) ”
yang artinya melewati atau melampaui. Sabaqa: berpacu
(kata kerja). Sabiq: bertindak.[3]
Kemudian kalimat al-Awwalun terdiri dari huruf A-W-L
(ا-و-ل Alif-Wau-Lam), Awwal (اول) sebuah kata yang artinya pertama atau awal,
kemudian kata ini diserap kedalam bahasa Indonesia, yang memiliki makna
yang sama pula.
II. KERASULAN MUHAMMAD SAW
2.1 Awal kerasulan
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat
terbelakang yang senang dengan kekerasan, pertempuran dan penyembahan berhala.
Ia sering menyendiri ke Gua Hira’, sebuah gua bukit dekat Mekkah, yang kemudian
dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan sikap dengan
kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering berpikir
dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya
dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab,
“Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta
agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril
berkata:
“ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu
yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis,
membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq
96: 1-5) ”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima
oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya
secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah
diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam
kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan).
2.2 Pendakwahan
2.2.1 Siriyyah (rahasia)
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya
menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya, pendapat
ini dikemukakan oleh Ibnu ishaq dan Al-Waqidi. Kebanyakan dari mereka yang
percaya dan meyakini ajaran Muhammadadalah para anggota keluarganya,
tetapi tidak semua orang terdekatnya mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh
Abu Thalib yang tidak meyakini ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Begitu
pula dengan salah satu pamannya yang bernama Abu Lahab, bahkan menjadi penentang
keras dakwah Muhammad.
Muhammad menjadi nabi dan berdakwah
pada kisaran tahun 610 – 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir:
1-7, yang artinya:
“ Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah,
lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah,
dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah. (Al-Mudatsir 74: 1-7) ”
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah
Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di
lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya. Orang pertama yang
menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali
masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara
sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki
pertama yang masuk Islam.
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa
kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang
telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman,
pengasuh Muhammad sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu
masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa
orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang
masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut
sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22
yang masuk Islam.[4]
Syaikh Al-Albani mengatakan: “Lelaki dewasa dan
merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, dari kalangan anak-anak
adalah Ali bin Abi Thalib, dari kalangan budak Zaid bin Haritsah.[5]
2.2.2 Terbuka
Dakwah secara siriyyah ini dilakukan selama kurang
lebih 3 tahun dan setelah orangIslam berjumlah 40 orang [6], maka turunlah
ayat
“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat (Asy-Syu’ara, 26:214) ”
dan juga pada ayat,
“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang
yang memperolok-olokkan (kamu). (Al-Hijr ayat 15:94-95) ”
Muhammad mulai terbuka menjalankan dakwah secara
terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam
sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya.
Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya
adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci ajaran yang
dibawa oleh Muhammad.
Sebelum kelahiran Muhammad,
orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka suka
membunuh anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah
membunuh sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu
ketika Muhammad mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa,
meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah besar. Mereka yang
semula cinta kepadanya berubah menjadi kebencian dan kemarahan.
Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad, telah berubah menjadi
orang-orang yang mendustakannya.
2.2.3 Madrasah Pertama
Madrasah Rasulullah saw
Muhammad saw mulai merasa perlu mencari sebuah
tempat bagi para pemeluk Islamdapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan
diajarkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan
ayat-ayat Al-Qur’an, menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya
dan mengajak mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada
akhirnya Muhammad memilih sebuah rumah di bukit Shafa milik Abu
Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia
tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir.
Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini
merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam,[7] tempat ilmu
pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh
sang guru pertama, yaitu Muhammad Rasulallah. Ia sendiri
yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana.
2.3 Daftar As-Sabiqun al-Awwalun
Ibnu Hisyam pernah menulis 40 nama as-sabiqun
al-awwalun. Ia menulis Khadijah dalam nomor urut pertama, Asma’ di nomor urut
18, dan Aisyah di nomor urut 19. Umar bin Khattab berada jauh di bawah
Aisyah.[8]
Yang termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun adalah sebagai
berikut:
01. Khadijah binti Khuwailid
02. Zaid bin Haritsah
03. Ali bin Abi Thalib
04. Abu Bakar Al-Shiddiq
05. Bilal bin Rabah
06. Ummu Aiman
07. Hamzah bin Abdul Muthalib
08. Abbas bin Abdul Muthalib
09. Abdullah bin Abdul-Asad
10. Ubay bin Kaab
11. Abdullah bin Rawahah
12. Abdullah bin Mas’ud
13. Mus’ab bin Umair
14. Mua’dz bin Jabal
15. Aisyah binti Abu Bakar Ash-shiddiq
16. Umar bin Khattab
17. Utsman bin Affan
18. Arwa’ binti Kuraiz
19. Zubair bin Awwam bin Khuwailid
20. Abdurrahman bin Auf
21. Sa’ad bin Abi Waqqas
22. Thalhah bin Ubaidillah
23. Abdullah bin Zubair
24. Miqdad bin Aswad
25. Utsman bin Mazh’un
26. Said bin Zayd bin Amru
27. Abu Ubaidah bin al-Jarrah
28. Waraqah bin Naufal
29. Abu Dzar Al-Ghiffari
30. Umar bin Anbasah
31. Sa’id bin Al-Ash
32. Abu Salamah bin Abdul Asad
33. Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam
34. Muawiyah bin Abu Sufyan
35. Yasir bin Amir
36. Ammar bin Yasir
37. Sumayyah binti Khayyat
38. Amir bin Abdullah
39. a’far bin Abi Thalib
40. Khabbab bin ‘Art
41. Ubaidah bin Harits
42. Ummu al-Fadl Lubaba
43. Shafiyyah
44. Asma’ binti Abu Bakr
45. Fatimah bin Khattab
46. Suhayb Ar-Rummi
Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu
Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama
kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya.
Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.
Daftar di atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis
urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran Islam ini awalnya secara
rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja yang terlebih dahulu
memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam.
2.4 Profesi
Pada awalnya golongan ini hanya terdiri dari kaum
miskin dan lemah, kemudian setelah menempuh waktu semakin bertambah dan masuk
beberapa orang dari lapisan golongan masyarakat, yang terdiri dari pemuka adat,
pemimpin suku, panglima perang, ibu rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar,
pengusaha, pedagang, petani, peternak binatang, pelayan rumah tangga, orang
merdeka, budak.
Para budak banyak yang tertarik dengan prinsip yang
diajarkan oleh Islam, yaitu tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah,
Rasulallah mempersaudarakan sebagian muslim dari golongan aristokrat Quraisy
dengan sekelompok muslim lain yang dari golongan budak. Tidak ada perbedaan
antara yang kaya dan miskin, kuat maupun lemah, merdeka maupun budak, Arab
maupun non-Arab, semua setara. Menurut kaca mata Islam, Allah tidak pernah
melihat umat-Nya berdasarkan profesi/ pangkat dan jabatan seseorang, yang Allah
nilai hanya iman dan taqwa hamba-Nya.
2.5 Tugas
As-Sabiqun al-Awwalun yang Salaf, memiliki beberapa
tugas penting yang harus diemban mereka. Tugas itu meliputi:
1. Bertauhid (mengesakan Allah),
2. Beriman kepada para malaikat, rasul, kitab-kitab
Allah, takdir
3. Menegakkan salat,
4. Menunaikan zakat,
5. Melakukan keadilan,
6. Melakukan amal kebaikan,
7. Meninggalkan kekejian,
8. Meninggalkan kemungkaran,
9. Meninggalkan kezaliman,
10. meninggalkan penyembahan berhala,
11. Berhala harus dihancurkan,
12. Melarang kemusyrikan,
13. Darah tidak ditumpahkan,
14. Tidak ada jiwa yang harus dibunuh kecuali karena
kebenaran,
15. Jalan-jalan tetap aman,
16.Tali silaturahmi terus dijalin,
17. Menjunjung tinggi kesetaraan/ kemerdekaan manusia,
18. Mencegah keburukan,
19. Mempertahanan bela agama,
20. Menyebarkan secara diam-diam agama yang dibawa
oleh Muhammad.
III. SURGA BAGI AS-SABIQUN AL-AWWALUN
Menurut kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan
mempunyai tempat tinggal yang mulia, Surga Jannatun Na’im.
“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar (At-Taubah ayat 9:100) ”
Diperkuat oleh dalam hadits mutawatir yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang tiga masa yang mendapatkan kemulian dan
keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Muhammad bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian
generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.” [9]
IV. KEDATANGAN ISLAM SECARA ASING DAN AKAN KEMBALI
ASING
Menurut beberapa hadits yang shahih, agama Islam
dikatakan pertama kali muncul dalam keadaan terasing, kemudian akan kembali
menjadi asing sebagaimana semula ajaran Islam itu datang. Sementara itu orang
disekelilingnya telah menjadi rusak secara aqidah dan mereka akan memusuhi
ajaran Islam itu sendiri.
Pernyataan didasari beberapa hadits berikut dibawah
ini:
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan
asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah
orang-orang yang asing (alghuroba’).” [10]
“Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba’).
(Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang
berperangai buruk dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang
mengikuti mereka.” [11]
“Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba’).
Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak.” [12]